Saya pribadi sering
mendengar kata yang namanya ‘SABAR’. Seberapa atau seperti apa orang yang
dikatakan sabar itu. Atau karna penderitaan yang diperolehnya ? saya anggap itu
tidak adil. Mengapa orang yang penderitaannya banyak dikatakan sabar. Orang
yang beradapun juga bisa dikatakan sabar ! begitulah definisi sabar menurut
sepengetahuan dan pengalaman saya.
Allah Swt tidak akan
menguji seorang hambanya jika hambanya tersebut tidak kuasa menanganinya. Dalam
contoh lain ini seperti kegiatan MOG yang diberikan sebelum masuk sekolahnya
yang dituju. Dan sebenarnya kegiatan itu bukan untuk menyiksa peserta didik,
melainkan menguji dan menumbuhkan mental baik secara fisik maupun psikologi
terhadapnya. Percayakah anda, bahwa lebih dari itu yang Allah berikan terhadap
kita yang dapat melalui cobaannya ? Allah
mengangkat derajat hambanya tersebut !
Oke, dalam bahasa
santainya, kita tidak dapat merasakan dampak dari derajat yang Allah berikan.
Jangan salah faham ! bukan kedudukan dalam dunia yang dimaksudkan, melainkan
kedudukan kita esok di akhirat. Bukan hanya itu. Saya membuktikan sendiri,
Allah tidak selalu membuat seorang hambanya dalam cobaan terus dalam hidupnya.
Allah hanya ingin melihat seberapa tangguhnya hambanya itu menghadapinya
sebelum Dia memberi hal yang lebih, dalam arti surprise kepadanya. Jadi bukan
asal-asalan Allah memberi cobaan tersebut, melainkan menunjukan jalan goresan
terindah kepada hambanya tersebut.Sedikit cerita pribadi saya tolehkan dalam tulisan
saya ini. Agar apa? Agar anda percaya bahwa Allah itu penyayang umatnya.
Suatu ketika saya
duduk dibangku SMP. Saat itu saya diberikan fasilitas course bahasa inggris.
Sebelumnya saya memang berminat mengikuti bimbingan belajar tersebut karna SMP
saya adalah SBI. Setelah sekitar 1 tahun saya mengikuti bimbinga tersebut, rasa
kasihan timbul dibenak saya. Bisa dikatakan kursus saya mahal dalam arti hanya
satu pelajaran saja. Saya mulai berpikir untuk mengstop eles saya dan memilih
eles ditempat yang lebih efisien. Niat tersebut urung saya lakukan, dan saya
masih eles seperti biasa. Suatu hari setelah pulang eles saya merasa, “Kayagnya
aku lama enggak bayar SPP ya?”. Setelah itu saya langsung geledah tas yang
biasa saya pakai eles, saya takut jikalau ternyata saya telat membayar SPP dan
menumpuk-numpuk sementara SPP saya lumayan mahal. Saya merasa bergetar setelah
menemuai SPP saya nunggak 3 bulan dengan awal bulan saat itu. Saya bingung
tidak karuan. Bagaimana saya menjelaskan kepada orantua, sementara saat itu
orangtua saya sedang krisis uang. Saya jelaskan juga, bahwa keluarga saya
adalah keluarga seorang buruh dan wirausaha kecilan yang kadang memiliki uang
lebih untuk makan dan juga kadang uang yang sangat pas-pasan untuk makan.
Kadang saya pernah merasa miris saat krisis dalam keluarga saya, ibu lari
kesana kemari mencari hutangan karna saat itu ayah saya belum transfer uang dan
sedang sulitnya. Saya kembali memutar otak, pikiran saya langsung pada ibu dan
ayah, wajah beliau sang pekerja keras.
Dengan sergap, saya
tutup pintu kamar dan saya pegang kartu SPP dengan tetesan air mata saya
meresapinya. Didompet saya hanya ada uang 35.000,00 yang hanya cukup untuk
membayar 1 bulan SPP. Kemudian ide menghutang pun teramandemen. Saya sms
beberapa teman akrab saya untuk saya mintakan bantuannya. Teman pertama mau
membantu tapi saya rasa dia agak membelit, bukan tidak mau. Lalu berlanjut
keteman ke-2, saya agak malu karna memang yang satu ini adalah anak orang kaya,
pintar, tapi agak tomboi, tapi dia juga sangat baik kepada saya. Secuil harapan
melingkari wajah saya yang sebelumnya deras air mata. Setelah itu saya
mengerjakan sholat maghrib dikamar,dengan rasa malu saya curahkan semuannya
kepada Allah yang selalu mendengar cerita hambanya. “Ya Allah, sebenarnya diri
ini tidak mau menghutang tapi apa daya hamba benar-benar tidak punya tambahan
uang. Ya Allah, hamba mohon bantuanMu, berilah rizki kepada hamba, entah
berasal dari mana, meski kini hamba bukan pekerja”. Kemudian sujudlah saya dan
basahlah sajadah yang saya kenakan dengan air mata yang deras.
Keesokan harinya
bibir ini seperti canggung menagih bantuan dari teman yang mau mengulurkan
bantuannya kepada saya. Raut wajahnya santai, itu setiap hari. Dan dia juga
tidak menyerahkan uang yang akan saya pinjam yang sebenarya saya akan
memintanya hari itu. Akhirnya dorongan naluri saya mengatakan tidak akan
meneruskan jalan ini. Akhirnya saya bayarkan uang SPP 2 bulan saja, 1 bulan
uang dari orangtua 1 bulan dari uang saya pribadi, dan saya putuskan untuk
meminta uang SPP berikutnya diakhir bulan agar orangtua juga tidak terbebani.
Selang beberapa minggu, sekolah saya mengadakan study tour kelas 8. Namun satu
kelas saya yang akan ikut hanya 1 anak dan dia adalah anak guru di sekolahn
saya. Saya ingin ikut karna itu untuk menambah pengalaman. Lagipula biaya
tersebut berasal dari uang tabungan yang dibayarkan bersama SPP sekolah,
sehingga tidak mengeluarkan uang lagi cukup uang saku saja. Akhirnya satu kelas
hanya 2 anak yang ikut. Saya dan teman saya yang pertama dulu saya mintai
bantuan. Saya berangkat diberi uang saku yang saya rasa lebih dari cukup bagi
saya, karna kebetulan saat itu ayah pas mengirimkan transferan uang dan ada
rizki lebih dari usaha keluarga sehingga saat itu materil keluarga normal
kembali malah lebih. Tetapi saya berpesan kepada ibu bahwa jika uangnya sisa
akan saya kembalikan soalnya uang kiriman tersebut biasa ayah kirim untuk
kebutuhan 1 bulan keluarga kami lagipula saya tidak suka berfoya-foya atau
membeli sesuatu seperti oleh-oleh terlalu berlebihan (ayah saya bekerja sebagai
buruh di luar negeri). Saat masuk bus yang akan saya kendarai untuk study tour,
saya duduk bersebelahan dengan teman saya itu. Orangtuanya akhir-akhir ini
dekat dengan saya dan kenal pula. Saya sering main dan kerja kelompok
dirumahnya jadilah saya akrab dengan orantuannya, saya dengannya bisa dikatakan
sahabat karna dia banyak membatu saya juga selama ini. Tiba-tiba dia
mengeluarkan beberapa lembar uang 50.000,00-an dari sakunya. Dan mengatakan
bahwa uang itu titipan dari ayah ibunya untuk saya sebagai uang saku. Saya
kaget bukan kepalang. Mendapatkan uang sebanyak itu. Saya sempat menolak uang
tersebut saat disodorkan kepadaku. Tapi dia tetap memaksa dengan alasan ‘pesan
dari orangtuannya’. Dalam hati saya sangat bersyukur. Dan berulang-ulang
mengucapkan terimakasih.
Inilah gambaran
kecil yang pernah saya alami. Bukankah itu sebuah bukti bahwa Allah itu selalu
membuat kejutan bagi hambanya yang mau bersabar. Jadi kapan itu start-nya sabar ? jawabnya adalah saat seorang tersebut
mau berkorban baik perasaan, materil ataupun apa itu bentuknya dan berusaha
mengubahnya dengan tindakanya sendiri, berdo’a dan juga selalu percaya bahwa
pertolongan Allah selalu datang entah itu kapan.
Dan
kapan finish-nya sabar ? yaitu disaat tangan dan tindakan kamu bergerak tanpa
lelah beruasaha mengubah apa itu
cobaanmu dan berdo’a memasrahkan diri kepadanNya entah seketika atau beberapa
jeda kemudian Allah menunjukan kuasannya menunjukanmu surprise-Nya dan
engkau mensyukuri apa yang tlah engkau dapatkan darinya.
Subhanalloh, Maha
Besar Allah
TULUNGAGUNG,
13/5/2012
Nila Firdausi
Nuzulah (umur 14 tahun)